* Segala aktifitas yang kau lakukan sepanjang usia yang diberikan Allah kepadamu adalah rizkimu
segala aktifitas yang kau perjuangkan untuk memperoleh nilai manfaat yang lebih adalah kebaikan rizkimu
dan aktifitas yang hanya melayani nafsumu adalah rizkimu yang buruk *
Ada tiga jenis manusia, dalam menyikapi rizki yang dianugerahkan Allah kepadanya.
2. Rizki adalah hasil ikhtiar, dengan disertai kesadaran akan anugerah Allah didalamnya.
Kesadaran bahwa rizki harus dijemput, bersamaan dengan hadirnya pemahaman bahwa didalamnya ada campur tangan dari Sang Maha Memberi, menjadikan seseorang menyertakan roja' ( berharap ) dan syukur dalam melangkah ketika mencari dan mendapatkan. Kerelaan untuk menempuh aktifitas yang notabene payah, melelahkan, atau terpenjara dalam kungkungan rutinitas yang 'bisa tidak bisa' harus dijalani, adalah bekal dasar untuk mencari, karena ' derajat sabar ' sebenarnya merupakan jalinan kerelaan dan kerelaan yang lain yang dirangkai memanjang. Disini, ' penjara ' dan ' kebebasan ' hanyalah dua garis yang dirapatkan sejajar dan hanya dibatasi selaput tipis, dimana keduanya kadang nampak semakna.
Sebagaimana 'iman' yang senantiasa mengalami pasang naik dan surut, demikian pula halnya dengan hadirnya rasa syukur di hati kita kepada Sang Pemberi. Pasang naik dan surutnya 'syukur' itulah yang akan meletakkan kita pada posisi yang mana di tiga jenis manusia dalam menyikapi rizki yang dianugerahkan Allah kepadanya yang sedang kita bicarakan. Bila kerelaan dan kerelaan yang lain berjalin dan terangkai memanjang, pada titik kepanjangan tertentu akan melabuhkan pemiliknya pada definisi 'sabar'. Bila sabar dan sabar yang lain berjalin dan terangkai memanjang maka pada titik kepanjangan tertentu akan menjadikan pemiliknya pada maqam 'ridho', sebuah kedudukan puncak (definisi tentang rizki 3) yang akan kita bicarakan pada tulisan berikutnya.
Namun kenyataannya, orang yang memahami bahwa rizki adalah hasil ikhtiar dengan menyertakan kesadaran akan anugerah Allah (tentang rizki 2), adalah sedikit sekali yang mampu untuk sampai pada kedudukan sabar. Keterpesonaan hati pada hiasan dunia, menjadikan hati cenderung toleran terhadap masuknya debu debu pemburam hati yang mengganggu kecemerlangannya. Ini pulalah yang menciptakan celah kebebasan pada syetan untuk masuk dan memorak poranda jalinan kerelaan dan kerelaan yang lain yang sudah terangkai, menjadi serpihan yang tak bermakna. Debu debu pemburam hati adalah: riya, ujub, kesombongan diri, sum'ah, ghibah, su'udlon dan namimah.
Adapun jenis manusia pada definisi kedua ini terbagi menjadi dua :
- Orang yang mampu mendekatkan diri kepada Allah ( mengimpimentasikan Syukur ), ketika keadaan dirinya diberikan kelapangan yang luas akan karunia Allah, namun cenderung membangkang ketika disempitkan rizkinya, menurun drastis kedudukan syukurnya.
- Orang yang justru mampu hudlur keharibaan Allah disaat sempitnya, namun cenderung kepada fujur ketika rizki dilapangkan.
Keduanya bukanlah suatu keadaan yang sempurna, namun berjuang untuk tetap konstan pada pencapaian ini pun merupakan perjuangan yang berat. Artinya, tidak tergelincirnya kita ke dalam definisi satu pun merupakan pencapaian yang luar biasa. Demikian pula dengan pengakuan diri akan ketidak sempurnaan diri itu selangkah lebih baik, daripada langkah langkah menuju perbaikan diri yang tanpa menyertakan pengakuan tersebut.
Dunia ini memang mempesona. Gebyarnya menyemburatkan warna warni memabukkan, seperti pelangi yang menegas usai hujan. Pesona dunia mampu membutakan mata, menutup lubang telinga dan mematikan rasa. Pesona dunia mudah saja melambungkan hayal, mengacaukan fikiran dan menjungkir balikan iman yang susah payah diretas manusia. Namun semoga, pesonanya tidak sampai menyentuh relung terdalam hati kita, sehingga kita dibutakannya. Aku, kamu, kamu, kamu dan kamu: memang tidak sempurna.
Wallahu a'lam.
Dunia ini memang mempesona. Gebyarnya menyemburatkan warna warni memabukkan, seperti pelangi yang menegas usai hujan. Pesona dunia mampu membutakan mata, menutup lubang telinga dan mematikan rasa. Pesona dunia mudah saja melambungkan hayal, mengacaukan fikiran dan menjungkir balikan iman yang susah payah diretas manusia. Namun semoga, pesonanya tidak sampai menyentuh relung terdalam hati kita, sehingga kita dibutakannya. Aku, kamu, kamu, kamu dan kamu: memang tidak sempurna.
Wallahu a'lam.
* debu debu pemburam hati akan kita bicarakan nanti.